Cari Blog Ini

Kamis, 13 Mei 2021

Mengembangkan Kelapa Sawit



Gambut memiliki kapilaritas yang besar sehingga gambut cepat kering dan air tanah sulit naik ke atas sampai permukaan tanah. Untuk menjaga tanah tetap lembab, maka pengaturan kedalaman muka air tanah menjadi kuncinya. Caranya dengan mempertahankan ketinggian muka air tanah pada saluran drainase. Menjaga ketinggian muka air sekitar 60 cm  pada saluran drainase merupakan hal yang penting agar tanaman kelapa sawit tetap memperoleh air sepanjang tahun. Pemasangan pintu-pintu air pada ujung saluran drainase menjadi sangat penting untuk mengatur ketinggian muka air pada saluran. Pada musim hujan pintu air dibuka dan pada musim kemarau pintu air ditutup rapat-rapat.



Teknik pemupukan juga sangat diperlukan mengingat gambut merupakan tanah yang miskin unsur hara. Pemupukan perlu dilakukan dengan pemupukan pupuk makro dan mikro yang cukup. Pupuk kalium, fosfor, nitrogen, magnesium, dan boron merupakan pupuk yang penting.


Komposisi pupuk yang diberikan tergantung umur tanaman. Pada tanaman yang belum menghasilkan buah, pupuk N perlu diberikan lebih banyak. Setelah berbuah, pupuk, K dan P perlu lebih banyak. Pupuk mikro terutama boron perlu diberikan mengingat gambut sangat miskin unsur mikro.



Pada tanaman muda termasuk saat pembibitan, penambahan bahan humat yang disemprotkan pada tanah di sekitar tanaman menjadi penting untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Bahan humat mengandung hormon pertumbuhan.


Terakhir, teknik memilih varietas dengan batang tanaman lebih pendek agar tanah gambut lebih mampu menopang pokok pohon agar tidak miring. Saat ini banyak perusahaan bibit sawit yang menawarkan bibit dengan varietas baru. Perlu dipilih bibit dengan ciri-ciri memiliki produksi tinggi dan batangnya pendek. Batang pendek akan mengurangi peluang batang menjadi miring di tanah gambut.



Saat ini produksi sawit oleh petani di lahan gambut umumnya masih rendah sekitar 10-15 ton/ha/tahun. Padahal produksi sawit oleh perusahaan di lahan gambut sudah tinggi sampai 20-30 ton/ha/tahun.


Rendahnya produksi para petani kelapa sawit di lahan gambut umumnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan modal sehingga tidak mengetahui jika menanam sawit di lahan gambut perlu perlakuan khusus. Jika petani sulit menerapkan cara bertanam kelapa sawit di lahan gambut, maka bergabung dengan perusahaan inti menjadi salah satu alternatif. Dengan bergabung menjadi petani plasma, maka setelah mengikuti manajemen perusahaan sawit yang juga menanam sawit di lahan gambut akan dapat memperoleh keuntungan lebih besar karena produksinya akan meningkat.

Indonesia beruntung dengan berkembangnya tanaman kelapa sawit. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah asalkan curah hujan mencukupi yaitu lebih dari 2500 mm/tahun. Dengan produksi rata-rata 20-25 ton/ha/tahun berarti Indonesia mampu menghasilkan CPO 4 ton/ha/tahun. Angka tersebut jauh melebihi produksi minyak nabati komoditas lainnya seperti kedelai atau rapeseed yang hanya kurang dari 0.5 ton/ha/tahun. (thepalmhascrib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar