Www.melodypers.com-Bagi anda pecinta kacang mede dan ingin melakukan budidaya jambu mete, artikel ini menjadi soulisnya.Yuk simak hal yang perlu dipersiapkan!
Kacang mete merupakan tanaman buah pohon yang berasal dari Brazil Tenggara. Awal mulanya tanaman ini dibawa oleh seorang pelaut Portugis ke India sekitar 425 tahun yang lalu, yang kemudian lalu menyebar ke daerah tropis dan daerah subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Di antara banyak negara produsen, Brazil, Kenya dan India merupakan negara pemasok mete terbesar di dunia.
Kacang mete saat ini tersebar di seluruh nusantara dengan sebutan nama yang berbeda-beda (di Sumatera : kacang mete / monyet jambu biji, di Lampung disebut gayu, di Jawa disebut jambu mete, dinamai jambu biji, di Jipang Bali atau jambu dwipa, dan di Sulawesi disebut buah yaki.
Kondisi Pertumbuhan
1. Iklim
Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Jika nantinya tanaman jambu mete kekurangan sinar matahari maka bisa dipastikan produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah jika dinaungi tanaman lain.
Alangkah baiknya suhu harian di area sentra produksi jambu mete minimal 15-25 derajat C dan maksimumnya antara suhu 25-35 derajat C. Dan nantiknya tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.
Jambu mete paling cocok untuk dibudidayakan di daerah dengan kelembaban relatif antara 70-80%. Namun tanaman jambu mete masih dapat mentolerir tingkat kelembaban 60-70%.
Angin tidak berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan bunga jambu mete yang paling berperan adalah serangga karena serbuk sari jambu mete bersifat pekat dan baunya sangat harum.
Areal yang paling cocok untuk budidaya jambu mete adalah di daerah yang memiliki curah hujan antara 1.000-2.000 mm / tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm).
2. Media Tanam
Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya jambu mete adalah tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah berpasir ringan.
Kacang mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 – 7,3, namun tetap sesuai untuk pH antara 5,5 – 6,3.
3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh pada ketinggian 1-1.200 m dpl. Batas ketinggian optimum hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk keperluan rehabilitasi tanah kritis.
Pedoman Budidaya Jambu Mete
1. Pembibitan
Untuk budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara seksual melalui biji dan secara vegetatif dengan cara okulasi, okulasi, dan okulasi.
Bibit yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk terpilih. Cara penanganan benih jambu mete untuk benih adalah:
Buah jambu mete / calon benih dipanen pada pertengahan musim panen.
Buah jambu mete harus sudah masak dan tidak cacat.
Biji jambu mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, lalu disortir.
Keringkan biji jambu mete sampai kadar air 8-10%.
Saat dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
Lama penyimpanan benih selama ± 6 bulan, maksimal 8 bulan.
Sebelum ditanam benih (biji jambu mete) harus disemai terlebih dahulu.
2. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan
Sebelum tanam lahan harus dibersihkan terlebih dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan kering atau lembab, serta tanah kurang subur. Daerah dengan tanah liat, kacang mete masih bisa hidup dan berproduksi dengan baik. Jika penanaman kacang mete merupakan awal musim hujan, pengolahan sudah dimulai pada musim kemarau.
2. Pembukaan lahan
Lahan tersebut dibajak / ditambang sebelum musim hujan. Batang pohon dibuang dan dibakar, dan parit drainase dibuat untuk tanah yang drainasenya kurang baik. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya kacang mete harus terbuka atau terkena sinar matahari dan dipersiapkan dengan sebaik mungkin.
3. Pemupukan
Pemberian pupuk kandang dimulai sebelum tanam. Sebaiknya bila tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang diulang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang di sekitar batang, sedikit di luar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan ke dalam lubang galian. Pemupukan selanjutnya dilakukan dengan cara menggali lubang, diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah.
3. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pada budidaya monokultur, jarak tanam yang dianjurkan adalah 12 x 12 m. Jadi di setiap satu ha lahan total jumlah tanaman yang dibutuhkan adalah 69 batang. Biasanya jarak tanam dibuat dengan ukuran 6 X 6 m, umumnya jumlah total tanaman yang dibutuhkan 276 batang / ha. Kepadatan tanaman kemudian diberi jarak pada umur 6-10 tahun.
Untuk efisiensi lahan, budidaya polikultur dapat diterapkan. Beberapa jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Misalnya palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete hasil okulasi dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, jika jarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya bisa diaplikasikan di lahan datar. Pada lahan yang landai harus disesuaikan dengan garis kontur.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Cara membuat lubang tanam:
Pertama tanah digali dengan ukuran: 30 x 30 x 30 cm. Jika tanah sangat liat maka dibuat lubang tanam dengan ukuran: 50 x 50 x 50 cm.
Lapisan batuan yang terdapat pada lubang tanam harus ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna dan terhindar dari genangan air.
Selama penggalian lubang, lapisan atas tanah dipisahkan ke Utara dan Selatan dan lapisan bawah ke Timur dan Barat.
Lubang tanam dibiarkan terbuka selama ± 4 minggu. Pada saat dilakukan penutupan lubang, lapisan tanah bagian bawah dikembalikan ke tempat semula, dilanjutkan lapisan atas yang dicampur dengan ± 1 pikul pupuk kandang.
Pada lubang tanam yang telah ditimbun dibuatkan peniti agar lubang tanam mudah ditemukan kembali.
3. Metode Penanaman
Penanaman bisa dilakukan 4-6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk mengurangi keasaman tanahnya, maka alangkah baiknya pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Benih yang akan ditanam dikeluarkan dari polybag. Tanah yang menempel pada akar dijaga agar tidak berantakan agar akar bibit tidak rusak.
Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sedalam dulu di persemaian. Saat menggunakan benih hasil okulasi dan okulasi, pertahankan agar akar tunggang tetap lurus. Cobalah untuk menyebarkan akar cabang ke segala arah. Ujung yang patah / rusak harus dipotong.
Tanah di sekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak ada rongga udara di antara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu ditopang bambu agar bisa tumbuh tegak.
4. Pemeliharaan Tanaman
1. Percikan
Bibit yang baru ditanam membutuhkan banyak air. Makan tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari secara rutin. Penyiraman dilakukan secukupnya dan penyiraman tidak sampai menggenangi tanaman.
2. Jahitan
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 tahun. Jika umur tanaman ³ 3 tahun, umumnya pertumbuhan tanaman bordir kurang baik atau akan terhambat.
3. Penyiangan dan penyiraman
Biji jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan tanam. Penghapusan gulma harus dilakukan setiap 45 hari sekali. Untuk tanah yang disiram setiap hari maka semakin padat dan nanti udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu, tanah di sekitar tanaman perlu dikendurkan.
4. Pemupukan
Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang / kompos dilakukan dengan cara menggali parit melingkar, diluar kanopi sebanyak ± 2 blok minyak tanah (± 20 kg). Pupuk dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan selanjutnya dilakukan dengan pupuk buatan.
5. Pemangkasan
Cara memangkas tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:
Pucuk samping bibit dipangkas terus menerus hingga tinggi cabang mencapai 1 – 1,5 m dari permukaan tanah.
Pilih 3 – 5 cabang yang sehat dan dalam posisi yang baik terhadap batang utama.
Pemangkasan dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berbuah.
6. Penjarangan
Penjarangan dilakukan secara bertahap saat tajuk tanaman saling menutupi. Jika jarak tanam 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur, maka diperkirakan tajuk tanaman sudah menyentuh 6-10 tahun mendatang. Saat itu penjarangan dimulai.
5. Hama dan Penyakit
1. Hama
Biasanya hama yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah pengisap daun, nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kupu-kupu, ulat hijau, dan ulat perusak bunga. Contoh insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram / liter air.
a. Ulat lipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Di tanaman, Anda bisa melihat kepompong gantung. Ulatnya berwarna hitam dengan bintik-bintik putih, kepala dan ekornya berwarna merah menyala, dan seluruh tubuh ditutupi rambut putih. Telurnya berwarna putih, lonjong. Fase pupa berlangsung selama 4 minggu, fase pupa 3-5 minggu. Gejala: daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan yang ganas, daun mungkin benar-benar habis, tetapi tanaman tidak mati; tanaman tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18 bulan.
Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan dosis 1,0 – 1,5 ml / liter air.
b. Helopeltis sp.
Badan imago berwarna hitam, kecuali punggung bawah perut yang berwarna putih. Gejala: pada pucuk daun muda, tangkai daun terdapat bercak hitam tidak rata; daun dan ranting langsung mengering dan diikuti rontoknya daun. Pengendalian: (1) melalui teknik bercocok tanam, misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh; (2) dengan insektisida Agroline dengan dosis 0,2% atau Thiodan dengan dosis 0,02%.
c. Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)
Gejala: mula-mula daun menguning; lama kelamaan daun akan rontok / rontok dan tanaman bisa mati. Pengendalian: (1) dengan menangkap ulat penggerek ini; (2) dengan mengolesi sekeliling permukaan batang / akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram / liter air).
d. Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)
Gejala: buah muda yang terserang hama ini akan gugur dan mengering, sedangkan buah tua tidak kenyang. Pengendalian: cara yang benar belum ditemukan, karena larva instar terakhir jatuh dan menjadi kepompong di tanah, hama dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi yaitu dengan menggunakan karbaril 0,15%.
2. Penyakit
Biasanya penyakit yang sering menyerang adalah busuk batang dan akar, penyakit bunga dan putik, serta antraknosa. Penyakit ini dapat dibasmi dengan fungisida Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
a. Penyakit layu
Penyakit ini terjadi bila persemaian terlalu lembab dan jenuh air. Penyebab: jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala: saat tanaman tiba-tiba layu.
Pengendalian:
Perbaiki lingkungan persemaian, dengan cara seperti memperdalam saluran drainase dan mengurangi naungan yang terlalu rapat;
Kemudian dengan melakukan penyemprotan Dithane M 45 secara teratur dan terencana.
b. Daun layu dan kering
Penyebab: Bakteri Phytophthora solanacearum. Gejala: daun berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu rontok; beberapa cabang layu dan tanaman itu akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yang terkena di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk. Pengendalian: tanaman yang terserang penyakit ini harus dibongkar hingga ke akarnya agar penyakit tidak menyebar ke tanaman lain; pencegahan harus terintegrasi; Benih dan alat pertanian harus bebas dari kontaminasi bakteri dan akibatnya harus dilakukan karantina tanaman.
c. Bunga dan buah busuk
Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit hitam dan membusuk.
Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp, Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. Gejala: kulit buah & permukaan kulit biji, coklat kering & pecah-pecah, bunga & batang busuk.
Penyebab: Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit biji busuk dan berwarna hitam.
Pengendalian:
Perlu dilakukan secara terintegrasi;
Biasanya untuk membasmi jamur parasit ini, beberapa fungisida yang efektif adalah Dithane M-45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
6. Panen
1. Karakteristik dan Panen
Ciri-ciri buah jambu mete tua adalah sebagai berikut:
Warna kulit buah semu menjadi kuning, jingga, atau merah tergantung jenisnya. Biasanya ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati. Tekstur daging buah lembut, rasa asam, agak manis, encer, dan aroma buah mirip dengan aroma strawberry.
Warna kulit biji menjadi putih keabu-abuan dan mengkilat. Pada umumnya ketepatan panen dan penanganan kacang mete selama masa panen merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah jambu mete biasanya sudah bisa dipetik pada umur 60-70 hari sejak munculnya bunganya. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, mulai November hingga Februari tahun berikutnya. Agar kayu gelondongan / kacang mete berkualitas baik, buah yang dipetik harus sudah tua.
2. Cara Panen
Dan sampai saat ini, ada dua metode pemanenan yang umum dilakukan di berbagai sentra jambu mete di dunia, yaitu metode peleburan dan metode selektif.
a) Metode peleburan
Hal ini dilakukan dengan cara membiarkan buah jambu mete tua tetap berada di pohon dan tumbang dengan sendirinya atau petani menggoyangkan pohon tersebut sehingga buah yang tua tersebut akan gugur.
b) Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah dipilih langsung dan dipetik dari pohonnya). Jika buah tidak memungkinkan untuk dipetik langsung, pemanenan bisa dibantu dengan tiang dan tangga berkaki tiga.
3. Perkiraan Produksi
Jumlah tanaman tergantung pada umur tanam. Kacang mete berumur 3-4 tahun dapat menghasilkan 2-3 kg batang kayu kering / pohon. Hasil ini meningkat menjadi 15-20 kg / pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih dapat berproduksi hingga umur 50 tahun, namun masa produktif paling banyak pada umur 25-30 tahun.
7. Pasca Panen
Kualitas kacang mete yang ada di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete dipengaruhi antara lain oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan. Banyaknya varietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh petani Indonesia mengakibatkan kualitas jambu mete yang dihasilkan sangat bervariasi dari segi ukuran batang, warna, rasa, dan rendamen kacang mete.(rm/ri0)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar