Cari Blog Ini

Minggu, 07 Agustus 2022

Budidaya Tanaman Porang dari Bibit hingga Panen

 


Www.melodypers.com- Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) adalah tanaman yang merupakan anggota famili Araceae atau bunga bangkai.


Meskipun sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan, namun aspek penjualan dan bisnisnya tidak berkembang pesat.


Padahal tanaman porang ini adalah bahan utama pembuatan mi rendah kalori yakni mi shirataki.


Melansir dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian pada Sabtu (05/11/2021) berikut ini cara budidaya tanaman porang dari biji hingga panen.


Pengolahan tanah/persiapan tanah


Tanaman porang akan tumbuh subur di tanah yang gembur. Ada dua cara untuk mempersiapkan pengolahan tanah sebelum ditanami bibit.


Apabila bibit berasal dari umbi maka perlu dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 45 cm, jarak antara lubang tanam 90 x 90 cm.


Namun, apabila Anda menginginkan tanaman porang menghasilkan ubi berukuran kecil-sedang, maka jarak antar lubang tanam dikurangi menjadi 60 x 60 cm.


Sebelum ditanami bibit, lebih dulu lubang tanam ditutup dengan lapisan tanah bagian atas (topsoil) dan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang).


Dalam prakteknya tanaman porang ditanam di bawah naungan tanaman lain, misalnya di bawah pohon jati, sengon atau mahoni.




Bibit


Umumnya, bibit yang digunakan berasal dari ubi batang atau potongan ubi yang memiliki titik tumbuh.


Umbi/potongan ubi yang digunakan sebagai bibit hendaknya cukup besar, karena apabila terlalu kecil, untuk tumbuh dan menghasilkan ubi yang besar memerlukan 2-3 musim tanam.


Ukuran ubi atau potongan ubi yang dijadikan bibit berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.


Makin besar potongan ubi yang digunakan sebagai bibit, akan meningkatkan tinggi tanaman (batang semu) dan hasil ubi.



Umumnya, bibit berukuran berat 500 gr, ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm merupakan kondisi ideal dalam memproduksi ubi tanaman porang. Sedangkan ubi berukuran 200 gr ditanam dengan jarak 30 x 30 cm.


Ubi lantas ditanam dengan kedalaman kurang lebih 10-15cm. Untuk mencegah bibit menjadi rusak akibat serangan patogen jamur tanah, sebaiknya pada saat sebelum tanam bibit direndam dalam larutan campuran fungisida mankozeb (0,2%) +insektisida monokrotofos (0,05%) selama 10 menit dan dikeringanginkan pada kondisi ternaungi selama 24 jam.



Jarak tanam


Jarak tanam dihitung berdasarkan umur panen yang diinginkan. Apabila ingin panen di usia 8 bulan pertama, maka sebaiknya jarak tanamnya 30x30 cm.


Tapi, apabila ingin dipanen di tahun kedua maka jarak tanamnya 45 x 45 cm. Lalu, jika ingin dipanen di tahun ketiga maka jarak tanamnya lebih lebar yakni 60x60cm.




Kedalaman tanam


Kedalaman tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil ubi. Secara umum makin dalam bibit ditanam akan menghambat pertumbuhan anakan ubi. Misalnya, pada kedalaman 30 cm, sebagian besar dari ubi akan memanjang menjadi pyriform.


Umumnya, kedalaman tanam sekitar 10 cm dari permukaan tanah adalah cukup ideal untuk penanaman porang. Meski begitu, kedalaman tanam biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang digunakan.




Pupuk


Tanaman porang perlu dipupuk dengan pupuk kandang (5 t/ha) untuk mendapatkan hasil yang optimal.


Apabila menggunakan pupuk anorganik, digunakan dosis N: P2 O5 : K2 O seberat 40:40:80 kg/ha atau 40:60:45 kg/ha, yang diberikan pada 45 hari setelah tanam.


Satu bulan berikutnya tanaman dipupuk lagi sebagai top dressing dengan 40 kg N, 50 kg P2 O5, 50kg K2 O/ha, bersamaan dengan pengendalian gulma.


Peningkatan pupuk N dari 100 kg menjadi 200 kg/ha atau K2 0 dari 75 kg menjadi 150 kg/ha akan meningkatkan tinggi tanaman dan produksi ubi.


Peningkatan pupuk N dari 50 kg menjadi 150 kg/ha meningkatkan pertumbuhan umbi 10,6-27,6% selama enam bulan periode pertumbuhan.


Rata-rata berat umbi/tanaman meningkat 21,3% dengan meningkatnya aplikasi N dari 50 menjadi 150 kg/ha.




Penyiangan


Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan di awal pertumbuhan tanaman sebelum kanopi tertutup.


Biasanya dilakukan secara manual dii umur 30,60, dan 90 hari setelah ditanam. Selain dengan cara menggemburkan tanah, penyiangan juga dilakukan dengan menyemprotkan herbisida.

Meskipun tanaman porang biasanya hidup di lahan kering, tapi untuk mendapatkan hasil yang optimal, kelembapan tanah harus dijaga terutama di awal masa pertumbuhan tanaman.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila kandungan air kurang dari 40% kapasitas air lapang, maka akar akan lebih cepat kering dibandingkan kondisi normal.


Tanaman masih dapat mentolerir kondisi tercekam kekurangan air selama 30-60 hari, namun lebih dari periode tersebut akan mengurangi hasil ubi.


Konservasi kelembaban dengan cara pemberian mulsa, mendorong perkecambahan bibit ubi, pembentukan kanopi lebih besar, tinggi tanaman, dan hasil ubi yang lebih tinggi.


Sementara itu, pengairan secara sering dan teratur akan menghasilkan daun yang besar dan masa hidup yang lebih panjang dibanding pada kondisi pengairan yang terbatas.




Panen


Tanda tanaman porang siap panen ialah daunnya mengering dan jatuh ke tanah. Sebaiknya panen dilakukan di musim kemarau yakni bulan Mei-Juni.


Panen perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari luka pada ubi, dilakukan dengan menggali tanah di sekitar tanaman baru mengambil ubinya.



Penyimpanan


Usai panen, ubi porang dibersihkan dan disimpan di dalam ruangan dengan ventilasi baik dan suhu sekitar 10 derajat Celsius.


Pada kondisi ini ubi dapat disimpan hingga berbulan-bulan. Namun apabila disimpan pada suhu sekitar 27 derajat Celsius pada bulan pertama penyimpanan akan kehilangan berat sekitar 25%.


Apabila ubi akan diproses menjadi produk, sebaiknya disimpan dalam bentuk chip (irisan tipis) atau tepung yang kering.


Karena bila disimpan dalam bentuk ubi segar dengan kadar air yang masih tinggi (70-80%), seringkali ubi menjadi rusak oleh aktivitas enzim.(kompas/ri0)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar