WWW.MELODYPERS.COM-Sauropus androgynus L. Merr. atau yang biasa dikenal dengan sebutan katuk. adalah salah satu jenis tanaman yang serba guna. Di beberapa negara seperti India, Malaysia dan Indonesia, tanaman mudah ditemui.
Jenis varietas tanaman katuk terbagi empat, yaitu paris, bastar, kebo, dan zanzibar. Tanaman katuk berbentuk perdu, dengan tinggi mencapai 2 - 3 m. Batang tumbuh tegak, berkayu, dan bercabang lunak. Daunnya seperti daun kelor, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 1 - 5 cm, lebar 1 - 3 cm, berwarna hijau dengan bercak perak di tengahnya, tersusun berselang seling pada satu tangkai dengan pertulangan menyirip.
Tanaman katuk berfungsi tidak hanya sebagai tanaman sayuran atau pewarna makanan, namun dalam perkembangannya tanaman ini dapat berfungsi sebagai tanaman obat, seperti membantu kelancaran air susu Ibu dan hewan ternak. Dapat dikatakan, tanaman katuk termasuk tanaman multi-khasiat, antara lain untuk menjaga kesehatan karena kekayaan kandungan dan komposisi gizi yang baik, mengandung antioksidan, anti kuman, anti lemak, hingga meningkatkan produktivitas pada ternak, meningkatkan kualitas sperma.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan tumbuh-tumbuhan sehar menjadikan kebutuhan tanaman ini semakin meningkat. Di beberapa daerah, pasokan komoditas ini tidak bisa dipenuhi sehingga para pedagang sayuran harus mendatangkannya dari daerah lain. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk peningkatan produksi di seluruh daerah. Bagi Anda yang berniat berbudidaya daun katuk, berikut Portal Agri bagikan tahapan budidaya yang tepat.
1. Persyaratan Tumbuh
Tanaman katuk tergolong tanaman yang mudah dibudidayakan karena mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan di daerah tropis, serta dapat tumbuh dan berproduksi di lahan tanam yang berada di dataran rendah hingga dataran tinggi. Sifatnya toleran terhadap kondisi teduh bernaungan, sehingga cocok ditanam di lahan pekarangan.
Kondisi iklim yang paling ideal untuk budidaya daun katuk adalah bersuhu udara 31 - 32°C, dengan kelembaban antara 50 - 80%.
Tanaman katuk juga toleran terhadap berbagai jenis tanah. Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai kemasaman tanah pH 5,5 - 6,5.
2. Persiapan Lahan
Teknik persiapan lahan yang umum dilakukan untuk budidaya tanaman katuk adalah pembuatan sistem petakan atau bedengan, dan sistem larikan atau pagar.
Pembuatan sistem bedengan berjarak teratur yaitu 20 x 20 cm, secara berjajar atau berbaris. Tanah kemudian dicangkul atau dibajak sedalam 30 cm atau lebih hingga gembur, kemudian dibuat bedengan atau petakan selebar 100 - 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar petakan 30 - 40 cm, dan panjang petakan tidak lebih dari 12 m. Taburi pupuk kandang kuda sebanyak 20 ton/ha pada bedengan, kemudian campur dan ratakan.
Pembuatan sistem larikan, diawali dengan penggemburan tanah, lalu kemudian pembentukan larikan selebar 30 - 40 cm, ketinggian 30 cm, dan ukuran panjang disesuaikan keadaan lahan. Taburi pupuk kandang kuda sebanyak 20 ton/ha pada larikan, kemudian campur dan ratakan.
3. Pembibitan dan Penanaman
Tanaman katuk dapat diperbanyak melalui stek batang yang sudah berkayu dengan panjang kurang lebih 30 cm. Harga bibit per batang adalah Rp.40. Hasil stek kemudian ditanam atau ditancapkan sedalam 10 - 15 cm, dengan lebar jarak tanam 10 - 20 cm. Dengan menerapkan jarak tanam tersebut, maka diperkirakan untuk 1 ha laha, diperlukan sekitar 200.000 batang bibit katuk.
Sirami bibit secara teratur, dua kali sehari, atau lakukan penanaman saat musim hujan. Dua minggu setelah penanaman, tanaman katuk akan berakar dan bertunas.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman katuk terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut;
Penyulaman berfungsi untuk melestarikan jumlah dan produksi tanaman. Lakukan penyulaman dengan bibit dan sistem penyiraman yang baik, meskipun tingkat kematian bibit katuk sangat rendah, yaitu kurang dari 5%.
Pemupukan awal dilakukan pada saat tanaman katuk berumur 20 hari dengan pupuk kandang berupa kotoran kambing, domba, sapi, kerbau, atau ayam petelur, sebanyak 200 karung/hektar, sekali dalam setahun. Letakkan pupuk kandang di antara tanaman, dengan cara menggali tanah sedalam 7 cm dan lebar 10 cm sepanjang jarak tanam. Biarkan pupuk dalam keadaan terbuka.
Selaian menggunakan pupuk kandang, pada umur 45 hari, tanaman katuk juga disemprot dengan pupuk daun. Tanaman katuk juga sangat responsif terhadap pemupukan. Pada umur 25 hari setelah pemanenan, pupuk yang diperlukan adalah pupuk Urea sebanyak 200 kg/ha + KCI 50 kg/ha. Dosis dapat disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah.
Penyiangan gulma yang biasanya muncul pada minggu ke-4 setelah tanam. Siangi secara teratur dan menyeluruh selama 2 minggu sekali, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman katuk.
5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
OPT utama yang sering menyerang tanaman katuk antara lain, ulat daun, kutu daun, busuk akar, dan layu bakteri. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada jenis OPT yang menyerang.
Cara pengendaliannya, adalah dengan cara sanitasi lahan, pergiliran tanaman, dan penggunaan pestisida secara selektif sesuai pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval, dan cara waktu pengaplikasian yang dianjurkan.
6. Panen
Panen pertama daun katuk biasanya pada saat tanaman mencapai ketinggian 70 cm atau lebih pada umur 3 - 3,5 bulan setelah tanam.
Cara panen, yaitu dengan memangkas ujung tanaman atau cabang menggunakan pisau tajam. Pangkas pucuk atau potong sepanjang 10 - 15 cm.
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, saat cuaca sedang cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar